Rabu, 26 November 2014

Reportase Kuliah SPI ITJ "Feminisme"

Sekolah Pemikiran Islam (SPI) #IndonesiaTanpaJIL merupakan suatu majelis ilmu yang diikuti oleh beberapa perwakilan anggota #UhamkaTanpaJIL (UTJ), serta perwakilan dari aktivis dakwah yang berbasis di masing-masing kampus maupun chapter #ITJ se-jabodetabek. Melalui kuliah SPI yang secara intensif dilakukan setiap kamis malam, anggota-anggota #UTJ beserta peserta lainnya diberikan materi tentang pemikiran-pemikiran Islam lalu diajarkan untuk menghasilkan karya tulis yang dijadikan acuan tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang telah dijelaskan. Salah satu tugas karya tulis yang menjadi incaran dari perwakilan #UTJ untuk bisa 'unjuk gigi' yaitu dengan tugas karya jurnalistik atau biasa disebut reportase.

Dari jumlah peserta yang paling sedikit 50 orang per-pertemuan, diseleksilah beberapa karya jurnalistik dari peserta yang benar-benar layak dan bagus oleh panitia SPI lalu kemudian dikirim ke berbagai media Islam untuk dipublikasikan. Tulisan yang sesaat lagi anda akan baca adalah salah satu contoh karya jurnalistik perkuliahan SPI yang kesebelas dari anggota #UTJ yang dipublikasikan oleh Islam Pos. Reportase dari kuliah SPI yang bertemakan "Feminisme" ini di narasumberi oleh Akmal Sjafril M. Pd. I,. Berikut ini adalah reportase kuliahnya:

Akmal: Feminisme di Barat Lahir Karena Alasan yang Sama dengan Sekularisme.

Oleh: Refvhyta G. Respatih

#IndonesiaTanpaJIL kembali melaksanakan agenda rutin kuliah Sekolah Pemikiran Islam (SPI) pada hari Kamis, 20 November 2014, di Aula INSISTS, Jalan Kalibata Utara No.84, Jakarta Selatan. Kuliah ini merupakan pertemuan kesebelas dari dua belas pertemuan dalam program kuliah SPI. Kuliah yang berlangsung pada pukul 19.00 – 21.00 WIB ini membahas tema  “Feminisme” dengan menghadirkan Akmal Sjafril, M.Pd.I. sebagai narasumbernya.
 
“Feminisme merupakan suatu pemikiran yang berawal dari konsep gender. Sex atau jenis kelamin merujuk kepada karakteristik biologis yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun gender merujuk pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh konstruksi lingkungan atau sosial yang ada,” ujar aktivis dakwah yang telah memiliki satu orang anak ini.
 
“Seperti sekularisme, feminisme di Barat juga lahir karena tiga faktor yang berkaitan dengan agama Kristen, yaitu problem sejarah Kristen, problem teks Bibel dan problem teologis Kristen.  Kemudian, feminisme menimbulkan setidaknya empat masalah, yaitu munculnya gerakan ‘anti lelaki’, relativisme, menghancurkan keluarga, dan yang terakhir adalah LGBT,” ujar Akmal.
 
Lebih lanjut, pengarang buku Islam Liberal 101 ini juga mengatakan bahwa bagi mereka di Barat kini, laki-laki dan perempuan  itu hanya perbedaan yang diciptakan oleh lingkungan, bukan oleh takdir. Karena itu semua dirombak dan diobrak-abrik apa yang sudah ada. “Contohnya adalah konsep feminin dan maskulin. Dalam paradigma Islam, laki-laki haruslah maskulin dan  perempuan harus feminin. Mutlak dan tak bisa ditukar-tukar,” ungkap Akmal.
 
“Feminisme adalah salah satu elemen pemikiran yang lahir dari konsep gender yang dikonstruksikan oleh pemikiran sekuler. Jadi sebenarnya tidak ada feminisme dalam Islam, yang ada hanya  kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam Islam, dan hal ini sudah tuntas dibahas sejak lama,” pungkas Akmal di akhir perkuliahan.
 
“Kuliah malam ini menyenangkan, karena mengangkat tema feminisme yang akan  mencerahkan kita sebagai muslimah. Saat ini, tidak dipungkiri lagi bahwa kami terus dicekoki oleh pemikiran feminisme dan gender. Dari materi inilah kita bisa mengerti bahwa pemikiran feminisme adalah pemikiran yang kotor dan jauh dari Islam,” demikian komentar Jumi, peserta SPI yang berasal dari LDK Fajrul Islam Gunadarma Depok.
 
 
-------
 
Artikel ini dimuat di http://www.islampos.com/akmal-feminisme-di-barat-lahir-karena-alasan-yang-sama-dengan-sekularisme-148197/ 

Jumat, 21 November 2014